Di era globalisasi saat ini persaingan dunia usaha semakin ketat. Ketidakmampuan perusahaan dalam mengantisipasi perkembangan global akan mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. FInancial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh laba dan arus kas terhadap prediksi profitabilitas kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur periode 2005-2010 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data pada tahun 2008, 2009, dan 2010 digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress pada satu tahun setelahnya yaitu tahun 2009, 2010, dan 2011. Data tersebut dianalisis dengan model regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba dan arus kas tidak memiliki pengaruh yang signifikan untuk memprediksi kondisi financial distress yang terjadi pada perusahaan manufaktur. Informasi ini ditunjukkan dengan nilai laba yang tidak signifikan dalam uji regresi logistik yaitu 0,104. Tanda positif pada koefisien EBT (Earnings Before Tax) menunjukkan bahwa penurunan rasio EBT akan cenderung meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi financial distress. Informasi yang diperoleh dari nilai uji regresi logistik sebesar 0,543 menunjukkan bahwa informasi arus kas tidak mempengaruhi prediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur. Setelah dianalisis dengan uji F diperoleh hasil financial distress perusahaan manufaktur. Setelah dianalisis dengan uji F diperoleh hasil bahwa laba dan arus kas tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress.